Rabu, 12 Oktober 2016

Ajaran Sukhavati Bagi Pemula 44


Ajaran Sukhavati Bagi Pemula
Bagian 44

Membakar Kitab Dewa Memilih Tanah Suci

Orang awam di dunia ini memandang Dewa bagaikan insan suci, padahal menurut Buddha Dharma, Dewa juga adalah orang awam.

Jaman dahulu kala pada “Periode Enam Dinasti (220-589)”, ada seorang anggota Sangha senior bernama Bhiksu Tan Luan, dia ingin mencari cara untuk hidup abadi.

Dia mendengar ada seorang Dewa yang bernama  Tao Hong-jing. Bhiksu Tan Luan menuju ke tempat kediaman Dewa Tao Hong-jing, memohon cara membina diri jadi Dewa. Dewa Tao lalu menyerahkan “Kitab Dewa” kepada Bhiksu Tan Luan. Bhiksu Tan Luan setelah memperoleh “Kitab Dewa” jadi amat kegirangan. 

Suatu hari Bhiksu Tan Luan bersua dengan seorang anggota Sangha dari India, yang bernama Bodhiruci. Bhiksu Tan Luan bertanya padanya : “Apakah Buddha memiliki cara hidup abadi?”

Sambil tersenyum Bodhiruci menjawab : “Hanya Ajaran Buddha yang memiliki cara untuk hidup abadi”. Kemudian Bodhiruci menyerahkan sebuah buku sutra yang berjudul “Amitayurdhyana Sutra” kepada Bhiksu Tan Luan, bahkan berpesan padanya : “Asalkan dapat melatih diri sesuai ajaran sutra, maka bisa selamanya keluar dari Triloka, takkan lagi mengalami penderitaan enam alam tumimbal lahir”.

Setelah memperoleh “Amitayurdhyana Sutra”, Bhiksu Tan Luan mulai melatih diri seperti apa yang tercantum di dalam sutra, menfokuskan pikiran melafal Amituofo, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati. Bersamaan itu pula membakar “Kitab Dewa” yang diperolehnya.

Suatu hari, Bhiksu Tan Luan tiba-tiba melihat ada anggota Sangha dari India yang bernama Nagarjuna (Nagarjuna adalah Bodhisattva, merupakan guru sesepuh yang ke-14 di India, terlahir ke Alam Sukhavati), berkata pada Bhiksu Tan Luan : “Oleh karena anda merupakan sahabat Dharma-ku, maka itu saya sengaja datang mengunjungimu”.

Bhiksu Tan Luan menyadari waktunya terlahir ke Alam Sukhavati telah tiba. Lalu mengajak murid-muridnya melafal Amituofo bersama, sementara dirinya sendiri menghadap ke arah barat dan melakukan namaskara pada Buddha Amitabha, lalu meninggal dunia.

Saat itu hadirin mendengar irama kebahagiaan bergema di angkasa, setelah satu kurun waktu berlalu barulah irama ini tidak kedengaran.

Coba pikirkan, andaikata menjadi Dewa itu sebaik mencapai KeBuddhaan, lantas kenapa Bhiksu Tan Luan membakar “Kitab Dewa” dan beralih melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati?     

Penulis : Upasaka Huang Qing-lan
Disahkan oleh Master Yin Guang



初機淨業指南
(四十四)

舍仙取淨

  世界上的俗人,看得那仙人,同了各種天上的人,都當他們同聖人一樣。照佛法說起來,還都是凡夫。

  從前六朝時候,有一個得道的高僧,名叫曇鸞和尚。他一心要想求長生不死的法子。聽得有一個得道的仙人,姓陶,名字叫宏景。那曇鸞和尚,就到這個 陶仙人那裏去,求修仙的法子。那陶仙人就把十卷《仙經》,給了曇鸞和尚。曇鸞和尚得著了這十卷《仙經》,歡喜得了不得。後來這曇鸞和尚,又碰著了一個印度 來的高僧,名叫菩提流支。曇鸞和尚就向他問道:佛有長生不死的法子麼?那菩提流支對曇鸞和尚笑著說道:只有佛教有真正長生不死的法子。他就把一部 《觀無量壽佛經》給曇鸞和尚,並且叮囑他道:只要能夠照這個法子去修,就能夠永遠超出三界,不再受六道輪回的苦了。那曇鸞和尚得著了這部佛經,就照了 佛經上所說的法子,專心修行念佛,求生到西方極樂世界去。把先前所得的十卷《仙經》,一齊燒了。

  到後來又有一天,曇鸞和尚忽然看見一個印度的和尚,自己說名叫龍樹(龍樹是菩薩,是印度第十四代祖師,生到西方極樂世界去的),對曇鸞和尚說 道:因為你是我的同志,所以專門來看望你的。那曇鸞和尚就曉得,自己生到西方極樂世界去的時候到了。就叫他的弟子們一同念佛,自己向了西方拜了佛,就 圓寂了(圓寂就是死了)。那一眾的人,都聽得天空裏頭,有各種音樂的聲音從西面來。隔了許多的時候,那聲音才沒有了。這也是真實可靠的古書上說的。

  你們想想看,倘然修仙同修佛是一樣的好,為什麼曇鸞和尚肯把那仙人給他的《仙經》燒去了,重新修這個求生到西方極樂世界去的法子呢?當時的皇帝,因為這個曇鸞和尚有種種的神異,所以很尊敬他,叫他神鸞

文摘恭錄 : 初機淨業指南
印光法師鑒定 
淨業弟子黃慶瀾演稿