Sabtu, 06 Agustus 2016

Lebih Giat Melatih Diri 05



Momen Untuk Lebih Giat Melatih Diri
Bagian 5

Apakah Melafal Amituofo Sulit Menfokuskan Pikiran?

”Melihat para murid baru”, yang dimaksud murid baru di sini bukanlah praktisi pemula yang baru belajar setahun atau dua tahun, paling tidak sudah belajar lima atau enam tahun lamanya, praktisi pemula masih belum terkategori sebagai murid baru, seperti diriku ini boleh dikatakan sebagai murid baru.

Para murid baru ini setiap hari mengikuti Guru Sesepuh belajar, apa yang diajari Guru Sesepuh, maka begitulah murid mempelajarinya, juga mengamalkannya sedemikian rupa; sedangkan saya sendiri adalah seorang Pegawai Negeri Sipil, kalau ada waktu baru belajar, tidak punya waktu maka tidak belajar, tidak serupa dengan anggota Sangha yang bisa serius mempelajarinya, mereka belajar 6 atau 7 hari saja sudah melampaui diriku yang harus belajar hingga setahun lamanya, maka itu saya masih merupakan murid baru. Belajar Ajaran Buddha adalah bagaikan makan nasi, sehari tiga kali, setiap hari harus makan, jadi bukan dilahap sekaligus lalu bisa beristirahat berhari-hari. 

“Baru saja mulai menempatkan sepatah Amituofo di dalam hati”, melafal Amituofo tidak hanya di mulut, namun melafalnya di dalam hati.    

“Semakin melafal Amituofo, khayalan kian bermunculan”, tidak melafal Amituofo masih tidak terasa, begitu melafal Amituofo khayalan bermunculan, semakin melafal, khayalan semakin banyak.

“Lalu menganggap melafal Amituofo tidak mampu mengendalikan pikiran”, menganggap bahwa melafal Amituofo tiada gunanya, tidak sanggup mengendalikan hati dan pikiran. Ini bukanlah praktisi pemula, namun merupakan praktisi yang sudah menguasai teori, dia mengetahui tentang Dharma mengakhiri samsara, barulah meragukan beberapa patah kata tersebut.

Praktisi sekalian tentunya mengetahui bahwa dengan melafal Amituofo, saat menjelang ajal, Buddha Amitabha akan datang menjemput, tetapi kalau timbul keraguan dan kebimbangan, bagaimana bisa berhasil? 

Melafal Amituofo bukanlah saat menjelang ajal, Buddha Amitabha baru datang menjemputmu, tetapi setiap hari Buddha Amitabha juga menjemputmu, ada disampingmu, di hadapan setiap insan ada Buddha Amitabha. Tetapi apabila mata hatiku buta, tidak merasakan kehadiranNya, di dalam hatiku tidak menaruh Buddha Amitabha, tetapi menaruh harta kekayaan, maka Buddha Amitabha juga tidak berdaya.

Petikan Ceramah Upasaka Li Bing-nan
Pada Tahun Baru 1979 Masehi
Disusun oleh : Majalah Bulanan Minlun


()

念佛難攝心乎

「予見新學後生」,所謂新學,不是學一、二年之初學者,至少是學了五、六年了,初學者不算新學後生,我就可以說是新學後生。修學者每天跟祖師學,祖師怎麼教,就怎麼學,有修有學;而我做公務員,有空才修學,沒空就沒學,不像出家師父認真修學,學六、七天比我學一年要進步,所以我是新學後生。學佛就如吃飯,一日三餐,天天要吃,不是吃一頓就可休息好幾日。

「纔把一句佛頓在心頭」,念佛不在嘴,在心念,一念一句。「閒思妄想,越覺騰沸」,不念還不覺得,一念佛時妄想都出來了,愈念則妄想愈多。「便謂念佛功夫不能攝心」,便以為念佛沒用處,心收攝不起來。這不是初學者,是懂教理的大行家,他知道了生死之法,才疑惑這幾句話。諸位只知道念佛,臨終有阿彌陀佛來接你,這樣糊里糊塗,迷迷糊糊的,怎能成功?念佛並不是臨命終時,阿彌陀佛才來接你,阿彌陀佛天天都來接你,就在你旁邊,人人跟前都有阿彌陀佛。若我眼瞎耳聾,我麻木不仁,我的心都沒在阿彌陀佛上,都在黃金美鈔上,阿彌陀佛又有什麼辦法呢?

文摘恭錄 :
正是用功時節
李炳南老居士講述
民國六十八年元旦慎齋堂開示
明倫月刊社整理